Bagaimana tidak, kapal dengan mesin ganda 40 pk tersebut, luput dari perhatian pemerintah daerah khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan yang saat ini dinahkodai oleh Meizar Melanesia.
Bahkan, kapal yang digadang-gadang bisa mengatasi masalah ilegal fishing dan perusakan terumbu karang sejak 2015 itu, nyaris tenggelam sejak satu minggu yang lalu.
Tak hanya KP. Napoleon yang menjadi sorotan, dermaga sandar kapal pun kondisinya sangat menghawatirkan dengan atap yang hancur dan tiang penopang yang hampir rubuh.
Sempat pada 2019 silam, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Meizar Melanesia saat itu mengatakan, akan segera memperbaiki dermaga sandar kapal itu pada tahun 2020.
Namun, hingga akhir penutup tahun 2020 saat ini, dermaga sandar tersebut tidak pernah tersentuh tangan pemerintah daerah sedikitpun dan dibiarkan hancur termakan usia.
Indra, salah satu warga sekitar, menyayangkan sikap acuh pemerintah daerah yang membiarkan kapal dengan nilai miliar itu rusak tersapu derasnya ombak.
"Ya sangat disayangkan, masa sudah seminggu dibiarkan saja tenggelam," katanya kepada retorikaonline.com, Rabu (16/12/2020).
Senada, Herman warga sekitar pun mengakui bahwa selama ini tidak ada tindakan dari pemerintah daerah untuk memperbaiki keadaan kapal dan juga dermaga sandarnya.
"Ya keadaan seperti ini (kapal kandas) merusak pemandangan kita. Apalagi kondisi dermaganya sangat riskan, bisa kapan saja rubuh dan sangat membahayakan," pungkasnya.
Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Selatan, Meizar Melanesia, belum menanggapi perihal tenggelamnya KP. Napoleon tersebut. (Red/Tim)